Perbandingan Efektivitas Metode Pemeriksaan Penglihatan Dalam Mendeteksi Gangguan Refraksi – Kesehatan mata sangat penting karena penglihatan tidak dapat diubah, sehingga mata memerlukan pemeriksaan dan perawatan rutin. Saat ini gadget banyak digunakan untuk bermain game
. Membiarkan mata bekerja pada gadget dalam jangka waktu lama meningkatkan risiko kelainan refraksi rabun, efek lain dari penggunaan gadget dalam waktu lama adalah kelelahan mata, penglihatan kabur dan sakit kepala, yang menyebabkan mata kering (Khandravan, 2014).
Perbandingan Efektivitas Metode Pemeriksaan Penglihatan Dalam Mendeteksi Gangguan Refraksi
Civitas Akademika STIKs Dharam Husada Bandung untuk Mendeteksi Keluhan Jarak Jauh dan Ketegangan Mata pada Pengguna Gadget, Tablet atau Laptop. Dengan mengisi formulir. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif
Perbandingan Efektifitas Setelah Mengkonsumsi Buah Mentimun (cucumis Sativus) Dan Daun Kemangi (ocimum Basillicum) Untuk Mengurangi Halitosis
. Metode pengambilan sampel adalah metode purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 258 orang. Kajian dilakukan di Kampus STIKes Dharma Husada Bandung pada bulan Juli. Jumlah sampel penelitian ini adalah 258 orang. Dalam rincian keluhan jarak, durasi dan ketegangan mata, 93 orang (36%) menggunakan perangkat dengan jarak 20 cm. 138 orang (53%) menggunakan gadget >5 jam per hari, dan 236 orang (93%) mengeluhkan ketegangan mata. Pada komunitas STIKes Dharma Husada Bandung masih minimnya pengetahuan tentang penggunaan jarak dan durasi sehingga masih banyak masyarakat yang mengeluhkan mata tegang.
Nasyahtadila, V., Djunaedi, E., Suparni, S., & Sekar Laras, D. (2022). Jarak, Durasi dan Keluhan Ketegangan Mata Dalam Penggunaan Gadget Bagi Sivitas Akademika Dharma Khusa Bandung Tahun 2020. Jurnal Kesehatan Masada, 16(1), 58-68. https://doi.org/https://doi.org/10.38037/jsm.v16i1.264 Kesalahan refraksi adalah penyebab kebutaan paling umum kedua setelah katarak, terhitung 21% dari semua penyebab kebutaan. Dunia pada tahun 2015. Pada tahun 2020, jumlah kasus kebutaan dan gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi diperkirakan akan meningkat. Di Indonesia kelainan refraksi mencapai 20,7% dari semua penyebab kebutaan dan 25% dari semua penyebab gangguan penglihatan sedang dan berat. . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi kelainan refraksi yang tidak terkoreksi pada anak menurut usia, jenis kelamin, dan jenis kelainan refraksi yang diamati pada faktor penyebab. Jenis penelitian ini menggunakan metode
Khususnya menggabungkan berbagai jurnal, nasional dan internasional. Tinjauan literatur ini berfokus secara khusus pada anak usia sekolah (usia 5-15) karena ini adalah usia di mana kelainan refraksi dimulai, dan akibatnya, anak usia sekolah juga memiliki banyak kelainan refraksi palsu. Hasil kelainan refraksi sesuai jenis kelamin masih berbanding terbalik antara jurnal yang diteliti dengan jurnal lainnya. Miopia adalah bentuk kelainan refraksi yang paling umum.
Aldiana Halim, d. (2020). Prevalensi kesalahan refleksif yang tidak dikoreksi dan faktor terkait di antara anak sekolah di daerah pinggiran kota Bandung, Indonesia. Jurnal Kedokteran Cogent.
Pdf) Perbedaan Pengaruh Pemberian Clomiphene Citrate Dan … ยท Obstetri Dan Ginekologi Fk Undip/rsup. Dr. Kariadi Dan Pembimbing I, Atas Segala Kebijaksanaan, Arahan, Bimbingan Dan Telah
Amrita S. Padhi, D. (2009). Prevalensi kesalahan refraksi yang tidak dikoreksi dan masalah mata lainnya pada anak sekolah perkotaan dan pedesaan. Jurnal Ophthalmology Afrika Timur Tengah.
Fabio E. Ferraz, d. (2014). Efek kesalahan bias yang tidak dikoreksi dan kesalahan bias yang tidak dikoreksi pada gangguan penglihatan pada populasi Brasil. Jurnal Oftalmologi Internasional BMC.
Indra Tri Mahayana, S.G. (2017). Prevalensi kelainan refraksi yang tidak terkoreksi di antara siswa sekolah dasar perkotaan, pinggiran kota, pinggiran kota, dan pedesaan di populasi Indonesia. Jurnal Internasional Oftalmologi.
Jiangnan Dia, LL. (2014). Kesehatan Masyarakat BMC. Prevalensi dan penyebab tunanetra di sekolah anak pekerja migran di Shanghai, China.
Pdf) 152555796 Non Destructive Testing
Mahayana, IT (2017). Prevalensi kesalahan refleksif yang tidak dikoreksi di antara siswa sekolah dasar perkotaan, pinggiran kota, bekas perkotaan, dan pedesaan dalam populasi Indonesia. Jurnal Internasional Oftalmologi.
Maxus, A.I. (2016). Prosedur Pemeriksaan Refraksi Standar untuk Ahli Refraksi Optometri (Diploma Optometri) Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Serzh Resnikov, d. (2007). Prevalensi global gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi yang tidak dikoreksi 2004. Buletin Organisasi Kesehatan Dunia.
Sewunet, S.A., Aredo, K.K., & Gedefew, M. (2014). Prasangka malpraktik dan faktor terkait di antara siswa sekolah dasar di Distrik Debre Markos, Ethiopia Barat Laut. BMC Oftalmologi, 95.
Modul Iva Test
Yankes, D. (2018). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Deskripsi program skrining untuk kelainan refraksi yang tidak aman oleh National Eye Center di Unit Oftalmologi Komunitas Rumah Sakit Mata Sisando di Kaab. London 2017
Yankes, D. (2019). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pemakaian kacamata dalam program skrining kelainan refraksi pada anak usia sekolah.
Osterlina Nivele, T., dan Seker Lars, D. (2022). Fraktur ireversibel anak-anak dipercepat. Jurnal Sehat Masada, 16(2), 415-428. Diperoleh dari http:///index.php/Jsm/article/view/378
Gangguan refraksi, pemeriksaan refraksi mata, gangguan penglihatan pada penderita diabetes, gangguan penglihatan mata, macam macam gangguan penglihatan, cara memperbaiki penglihatan karena gangguan refraksi antara lain dengan, pemeriksaan refraksi, pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan penglihatan, gangguan penglihatan, alat pemeriksaan refraksi mata, pemeriksaan refraksi mata pdf