Pengaruh Stunting Terhadap Prestasi Belajar Pada Anak Sekolah Dasar. – All Health Articles Bagian 1 Berita A.K.A Uncategorized Huruf Biru Muda KMPT LAPANGAN IV KMP-KIA Aksi Hari Anak Nasional Terburu-buru III HTTS ISMKMI Bidang II Lomba Karya Tulis Kreatif (CWC) dan Lomba Video Promosi Kesehatan WORKSHOP ECHO TIME Capacity Building Capacity Building Selayang Pantang Gathering Public Health Competition (CWC) dan Lomba Video Promosi Sosial. MUSMA MUSANG MUSANG ECHO TIME Bengkel Sehat Banjar Diskusi Online Diskusi Online Bidang Kesehatan Banjar V (selengkapnya)
Berbagai permasalahan khususnya di bidang kesehatan menjadi permasalahan yang kompleks yang dihadapi negara-negara di dunia, salah satunya adalah pangan. Masalah anak pendek atau anak kurus (secara medis disebut stunting) merupakan masalah pangan yang berulang di banyak negara miskin atau berkembang (UNICEF, 2013). Pada tahun 2017, benua Asia menjadi wilayah dengan lebih dari separuh kasus kekerasan terhadap anak di dunia, atau 55%, dibandingkan dengan 39% di Afrika. Di antara jumlah balita di Asia, Asia Selatan menempati urutan pertama, dengan 58,7% balita, diikuti oleh Asia Tenggara yang memiliki 14,9% (Joint Child Nutrition Malnutrition Estimates, 2018). Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara, diperlukan kritik lain.
Pengaruh Stunting Terhadap Prestasi Belajar Pada Anak Sekolah Dasar.
Menurut laporan World Health Organization (WHO), tiga negara dengan risiko tertinggi di kawasan Asia Tenggara (SEAR) adalah Indonesia, dengan rata-rata 36,4% pada tahun 2015-2017. (Dasbor Visualisasi Data Stunting Anak, Organisasi Kesehatan Dunia, 2018). Hal ini juga sejalan dengan prioritas pencegahan stunting saat ini, karena menurut data Surveilans Status Gizi (PSG) tahun 2015-2017, stunting merupakan yang tertinggi dibandingkan masalah gizi lainnya seperti wastage, keracunan atau kekurangan makanan (Dirjen Kesehatan Masyarakat, 2018).
Cegah Stunting Sebelum Genting
Penyakit ini merupakan masalah pertumbuhan (gangguan pertumbuhan) akibat akumulasi nutrisi yang tidak mencukupi bersamaan dengan pertumbuhan yang tidak mencukupi yang dapat berlanjut sejak konsepsi hingga usia 24 bulan (Kusharisupeni, 2002; Hoffman et al., 2000). Secara sederhana, keterlambatan perkembangan atau developmental delay mengacu pada suatu kondisi di mana seorang anak tergolong pendek atau pendek tinggi badannya dibandingkan dengan tinggi badan ideal untuk anak kecil seusianya. Organisasi Kesehatan Dunia telah mengembangkan indikator yang dapat digunakan saat mengukur tinggi badan untuk mengklasifikasikan stunting. Indikator ini didasarkan pada tinggi badan anak per tahun (TB/U), dan jika Z-score TB/U < -2 standar deviasi (SD), maka bermasalah (Picauly & Toy, 2018; Mucha, 2012). Banyak ahli telah mempelajari dampak atau akibat dari krisis, antara lain penurunan tingkat pendidikan (Picauly & Toy, 2013), peningkatan risiko keracunan (Hoffman et al., 2000; Timaeus, 2012), dan peningkatan risiko penyakit tidak menular (UNICEF, 2013).
Secara ringkas, ada empat faktor penting yang mempengaruhi tumbuh kembang cacat lahir, antara lain lingkungan, kondisi sosial ekonomi, status gizi, peran keluarga, serta status ibu dan calon ibu. Namun jika kita cermati lebih dalam, kita dapat melihat faktor sekunder lain yang mendukung terjadinya 4 penyebab utama stunting tersebut.
Masih banyak faktor lain yang menyebabkan alasan ini menjadi salah satu dari 4 penyebab utama stunting dari lingkungan, sosial dan ekonomi. Pendapatan atau kekayaan keluarga sangat berpengaruh terhadap kepuasan makan, karena tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas makanan yang sama dan kapasitas makanan yang tinggi dari masing-masing keluarga. Pendidikan orang tua juga terkait dengan tingkat pemahaman orang tua tentang pentingnya gizi yang baik bagi anak usia dini dan cara mencapainya. Di sisi lain, kebersihan lingkungan juga mempengaruhi kualitas makanan yang tersedia, karena kebersihan lingkungan tempat tumbuh kembang anak mempengaruhi semua aspek penggunaan makanan yang baik oleh anak.
Penyebab utama stunting adalah makanan yang diterima anak, karena kembali ke definisi stunting, pertumbuhan anak terhambat karena kurangnya penumpukan makanan. Gizi adalah jenis makanan atau zat gizi penting yang harus dimakan oleh anak kecil, seperti protein. Tingkat asupan protein tercatat sebesar 31,9% pada anak kecil di Indonesia pada tahun 2017 (Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, 2017). Selain itu, penyapihan dini juga dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam mendapatkan makanan. Pemberian ASI berkaitan dengan asupan gizi anak karena ASI merupakan sumber nutrisi utama bagi anak. Penurunan regulasi MP-ASI merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan (Padmadas et al., 2002). Hal ini juga dipelajari di Etiopia, dimana bayi yang lahir dari ibu dengan kadar seng yang rendah dalam ASI memiliki risiko penyakit yang lebih tinggi (Asefa et al., 2013).
Permasalahan Stunting Dan Obesitas Anak Pada Masa Pandemi
Peran keluarga juga mempengaruhi risiko anak mengalami keterlambatan perkembangan. Kesadaran orang tua akan pentingnya pemberian makanan tambahan bagi anak merupakan kunci dalam memberikan nutrisi yang baik bagi anak. Mengetahui apa yang orang tua ketahui tentang makanan dan perilaku sehat lainnya sebagai pengasuh utama anak akan mendukung pola asuh anak. Hal ini juga dipertahankan seiring dengan pertumbuhan anak dan mereka akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Faktor penting terakhir adalah kondisi ibu dan calon ibu. Kondisi ibu dan ibu hamil meliputi jarak kehamilan ibu, usia ibu saat hamil, kondisi ibu, dan lain-lain. Risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) lebih besar jika ibu masih muda untuk usia kehamilan, yaitu di bawah 20 tahun (Riskesdas, Balitbangkes, 2013). Berat badan lahir rendah juga menyumbang 20%. Selain itu, posisi ibu juga dapat memengaruhi risiko keterlambatan tumbuh kembang anak. Calon ibu dengan perawakan pendek dan/atau kekurangan stamina meningkatkan kemungkinan keterlambatan pertumbuhan anaknya di masa depan. Artinya, tidak hanya pola makan anak, pola makan ibu hamil juga berperan dalam penyebab stunting pada anak.
Dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi stres pada anak dapat disebabkan oleh lingkungan, sosial ekonomi, makanan, peran keluarga, serta kondisi ibu dan ibu hamil. Upaya untuk menurunkan prevalensi stunting di Indonesia yang risikonya tinggi membutuhkan kerjasama antara pemerintah, tenaga kesehatan dan masyarakat. Solusi yang dapat dilakukan antara lain pemberdayaan ibu hamil, pemantauan penyelesaian pelatihan konselor ASI, peningkatan kesadaran gizi anak, praktik dan edukasi pemberian makan secara teratur, dan pemantauan ketahanan pangan masyarakat.
Assefa H, Belachew T, Negash L, 2013. Faktor budaya yang terkait dengan kekurangan berat badan dan stres di kalangan anak muda di wilayah Jima di barat daya Ethiopia: studi cross-sectional. Hindawi Publishing Company ISRN Public Health Volume ID Artikel 238546, halaman 7 http://dx.doi.org/10.1155/2013/238546
Pdf) Hubungan Stunting Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Di Daerah Kumuh, Kotamadya Jakarta Pusat
Hoffman DJ, Sawaya AL, Verreschi I, Tucker KL, Roberts SB, 2000. Mengapa anak-anak yang kurang beruntung berisiko tinggi mengalami obesitas? Sebuah studi tentang tingkat metabolisme dan oksidasi lemak pada anak-anak yang tinggal di favelas São Paulo, Brasil. Jurnal Nutrisi Klinis Amerika 72:7027.
Kusharisupeni, 2002. Peran Kelahiran Terhadap Keterlambatan Pertumbuhan Bayi: Studi Prospektif. Trisakti Med. 2002. 23: 73-80.
Mitra 2015. Faktor Risiko dan Upaya Pencegahannya (Penelitian Literatur). Kesehatan, 2(6), 254-261.
Padmadas SS, Hutter I, Willekens F, 2002. Pola inisiasi penyapihan dan perkembangan linier pada anak-anak India berusia 2-4 tahun. Jurnal Epidemiologi Internasional, 31: 855-63.
Fenomena Riwayat Pemberian Makanan Pendamping Asi (mpasi) Dan Pola Makan Anak Dalam Penanggulangan Malnutrisi Untuk Pencegahan Stunting Di Kota Yogyakarta
Mainan Piccoli, Intje dan Sarci Magdalena. 2013. Studi Empiris dan Pengaruh Koreksi terhadap Prestasi Akademik Siswa di NTT Kupang dan Sumba Timur. Pangan dan Gizi, 8(1), 55-62.
Riskesdas, 2013. Presentasi Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia. Diakses pada 10 Desember 2013 dari www.litbang.depkes.go.id.
Timæus, IM, 2012. Anak pengerdilan dan obesitas: review menggunakan data longitudinal Afrika Selatan, International Journal of Epidemiology; 19 doi: 10.1093/ije/dys026.
UNICEF, WHO, Grup Bank Dunia. 2018. Tren dan tren malnutrisi anak: temuan utama dari Survei Bersama Malnutrisi Anak edisi 2018. Masalah stunting atau pertumbuhan anak yang terhambat masih menjadi isu utama pembangunan manusia di Indonesia. Menurut Survei Status Pangan di Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi gizi kurang pada balita di Indonesia saat ini mencapai 24,4%. Saat ini tingkat penurunan di Jawa Tengah sebesar 20,9 persen dan di Kota Semarang sebesar 21,3 persen.
Implikasi Pemberdayaan Orangtua Dalam Mengolah Dan Menyusun Menu Makanan Terhadap Penambahan Tinggi Badan Anak Penderita Stunting
Stunting mengacu pada kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang pada anak, yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat, yaitu anak yang berada di bawah atau di bawah umur (dwarfisme).
Banyak faktor yang menyebabkan stunting, antara lain pola asuh orang tua yang buruk, nutrisi yang buruk, kurangnya air bersih dan sanitasi, dan infeksi yang sering terjadi.
Kekurangan tersebut merupakan ancaman utama terhadap kualitas tenaga kerja Indonesia dan ancaman terhadap daya saing negara. Hal ini dikarenakan anak dengan keterlambatan perkembangan tidak hanya menderita pada perkembangan fisik saja
(pendek), tetapi juga mengganggu perkembangan otak, yang sangat memengaruhi kemampuan dan prestasi akademik, serta produktivitas dan kreativitas di tahun-tahun formatif.
Pengaruh Pelaksanaan Aksi Konvergensi Stunting Terhadap Cakupan Program Intervensi Gizi Sensitif Di Propinsi Nusa Tenggara Timur
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memahami bagaimana mengidentifikasi dan mencegah keterlambatan perkembangan pada anaknya, agar dapat menjaga tumbuh kembang anaknya sebaik mungkin dan menjadi generasi yang terbaik.
Pengaruh kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh internet terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh media sosial terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh handphone terhadap prestasi siswa, pengaruh game online terhadap prestasi belajar, pengaruh ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar, pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa, pengaruh bimbingan belajar terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh handphone terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh game online terhadap prestasi belajar siswa