Evaluasi Program Penyuluhan Gizi Untuk Meningkatkan Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Stunting. – Seri kertas kerja no. 1 April 2007 Draft Pertama EVALUASI PROGRAM DISTRIBUSI KELOMPOK DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Saritua Harianja, Mubassiir Hasanbasri, Bernadette Josephine Isti Kandarina Kata kunci: Pendekatan Vertikal-Horizontal Manajemen Program dalam Kebijakan dan Kurikulum. Pelayanan Kesehatan, Universitas Gadja Mada Yogyakarta, 2007

Latar belakang Program vertikal populer sebagai strategi sementara untuk mengatasi masalah kesehatan di negara berkembang. Tidak seperti sistem perawatan kesehatan terpusat, program desentralisasi mudah dipantau dan dikelola sesuai dengan kondisi dan tantangan lokal. Kami menggunakan desain organisasi Mintzberg untuk mengeksplorasi kekuatan dan kelemahan praktik pemrograman terpusat. Program vertikal kantor pusat Kementerian Kesehatan secara umum dinilai cukup masuk akal untuk mengatasi masalah yang relatif sederhana, seperti pengiriman bingkisan sembako ke masyarakat. Tapi ketika masalah makanan benar-benar ada dan membutuhkan tindak lanjut, penangan makanan tidak memiliki kekuatan atau sumber daya untuk menanganinya. Studi ini berupaya memahami strategi organisasi dalam melaksanakan program gizi di tingkat Puskesmas.

Evaluasi Program Penyuluhan Gizi Untuk Meningkatkan Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Stunting.

Metode: Rancangan studi kasus ini menggunakan data sekunder dari laporan dinas puskesmas dan unit kesehatan daerah. Tentang pelaksanaan program di tingkat puskesmas dilakukan wawancara mendalam dengan narasumber dari puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten. Survei dilakukan pada Agustus-Oktober 2006.

Checklist Evaluasi Penyuluhan

Hasil: Puskesmas belum memenuhi target nasional dalam program gizi. Bagian Gizi Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Kabupaten bertanggung jawab atas pelaksanaan program gizi. Meskipun pukesme memiliki setidaknya satu ahli gizi, kegiatan mereka terutama dilakukan oleh program dinas kesehatan kabupaten. Kegiatan disesuaikan dengan ketersediaan dana. Ketika profesional kesehatan terlibat dalam berbagai bidang program vertikal, tidak ada masalah nyata dan spesifik yang dapat dipecahkan. Selain itu, kabupaten memiliki kontrol yang lebih ketat atas sumber daya program, yang menyebabkan saling ketergantungan pekerjaan di antara petugas kesehatan di tingkat kabupaten. Tenaga kesehatan yang mengenali masalah gizi yang perlu dipantau tidak dapat menyelesaikannya. Mengingat sumber daya yang tersedia, penggunaan konstruksi mesin birokrasi tidak bisa dihindari. Namun, petugas kesehatan dapat berbuat lebih banyak untuk memecahkan masalah lokal jika mereka mendapat dukungan dan pengawasan yang lebih baik dari manajer lokal.

Kesimpulan: Sistem birokrasi-mekanik program gizi Puskesmas yang ada belum mampu menyelesaikan permasalahan masyarakat miskin. Puskesmas harus lebih mengontrol program lapangan mereka dan bertindak sebagai fungsi pendukung dan pemantauan dari Dinas Kesehatan Kabupaten.

1 Dinas Kesehatan, Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara; 2 Magister Kebijakan Kesehatan dan Manajemen Pelayanan Universitas Gadja Mada; 3 Program Pendidikan Kesehatan dan Gizi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadja Mada

Sasaran pembangunan bidang kesehatan tahun 2004-2009 yang dicanangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk melalui peningkatan ketersediaan pelayanan kesehatan, antara lain pengurangan prevalensi kurang gizi pada anak di bawah usia 5 tahun, dari 25,8% per 20%¹. Masalah gizi di Indonesia yang perlu diprioritaskan adalah kekurangan energi protein, khususnya gizi buruk. Kekurangan vitamin A, anemia gizi, gangguan kekurangan yodium. Sementara itu, tergantung pada skala masalahnya, defisiensi mikronutrien seperti seng dan selenium serta gizi lebih diperkirakan terjadi di daerah. Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu provinsi yang terletak di provinsi Sumatera Utara hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanul Utara pada tanggal 28 Juli 2003 berdasarkan UU No. RSUD14), mas (kulit), 63 polinadas dan 224 posyandu3.

Penyuluhan Gizi Seimbang Dan Anemia Gizi Bagi Remaja Di Mamuju

Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan, cakupan bayi berat lahir rendah pada tahun 2004 adalah 35,79% bayi, 60,61%, dan kecenderungan peningkatan status gizi buruk dari 3,27% pada tahun 2003 menjadi 4,704% pada tahun 2003 meningkat menjadi 1,43 % pada tahun 20044

. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan manajemen program gizi di Puskesmas di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pelaksanaan program gizi pedesaan dengan desain studi kasus menggunakan metode kualitatif. Unit analisis penelitian ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan, subyek penelitiannya adalah kepala dinas kesehatan, kepala dinas kesehatan, kepala dinas kesehatan ibu dan gizi anak, seluruh puskesmas pengelola dan seluruh penyedia gizi puskesmas. Variabel dalam penelitian ini meliputi organisasi yaitu. struktur dan desain organisasi, dan cakupan program pemberian makan, yaitu. Cakupan berat badan bayi meliputi cakupan program (K/S), durasi berat badan (D/K), cakupan hasil berat badan (N/D), D/S (cakupan keterlibatan masyarakat), distribusi vitamin ibu, distribusi vitamin dan setelah melahirkan kepada ibu , dari bayi baru lahir. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat penelitian berupa pedoman wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah dan tes.

Cakupan program gizi Puskesmas yang merupakan indikator keberhasilan program gizi meliputi Cakupan Berat Badan Lahir Balita (BWB), Cakupan Vitamin A pada Bayi, Balita, dan Ibu Nifas, Pemberian Zat Besi (Fe) pada Ibu Hamil, dan Pemberian Gizi status..

Pemerintah Kabupaten Lamongan

Dutan Tahun 2005 5. Puskesmas yang tidak mencapai 80% cakupan program (K/S), retensi berat badan (D/K), luaran berat badan (N/D) adalah Puskesmas Sijamapolang, Parlilitan dan Tarastar, sedangkan seluruh Puskesmas pusat gagal mencapai target tingkat partisipasi masyarakat (D/S).

Pendistribusian vitamin A kepada bayi baru lahir dan balita di puskesmas berlangsung dalam dua periode, yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Cakupan vitamin A bayi baru lahir turun di bawah 80% di Puskesmas Sijamapolang, Parlilitan dan Tara Bintang pada bulan Februari dan Agustus, sementara target untuk Puskesmas lainnya terpenuhi. Data cakupan vitamin A pada anak dan bayi disajikan pada Tabel 2.

Program Gizi Maternal menyediakan vitamin A untuk ibu nifas dan tablet penambah darah (Fe) untuk ibu hamil. Puskesmas Tarastar, Parlilitan dan Sijamapolang juga gagal memenuhi target cakupan pemberian tablet vitamin A dan Fe pada ibu nifas. Tingkat cakupan asupan vitamin ibu hamil tahun 2005 disajikan pada Tabel 3.

Matiti 89, 63 90, 90 80 Hutapaung 112, 5 90, 65 80 Tara Bintang 65, 00 60, 93 80 Onanganjang 109, 52 86, 45 80 Parangnan 104, 8228

Laporan Evaluasi Phbs Desa Sumber Makmur 2022_evaluasi_31012023

103, 70 87, 17 80 Parlilitan 76, 12 65, 89 80 Pakkat 115, 54 81,83 80 Sijamapolang 68, 75 65, 90 80 Baccarat 92, 22 86, 678

Pemantauan status gizi, pemberian vitamin A pada anak dan ibu hamil, dan tablet Fe pada ibu hamil mempengaruhi tindakan posyandu. Kegiatan Posyandu masih bergantung pada ketersediaan bidan desa. Posyandu dapat dilakukan secara rutin setiap bulan di desa dengan bidan desa. Kualitas daya

Tingkat pencapaian target cakupan juga dipengaruhi oleh penjamah makanan atau bidan desa. Kurangnya tenaga gizi baik secara kuantitas maupun kualitas menyebabkan kapasitas kepegawaian menjadi rendah dan lemah akibat kurangnya pengawasan tenaga kesehatan. Pemantauan program gizi dilakukan oleh pengelola gizi dengan mempelajari laporan dari kepala desa atau bidan. Laporan bidan desa dikumpulkan oleh petugas gizi di puskesmas dan dilaporkan ke dinas kesehatan melalui bagian gizi KIA. Sistem pendistribusian dan pelaporan kegiatan program gizi dapat dirangkum dalam gambaran progres dan kendala yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Permasalahan tersebut terkait dengan pembagian kewenangan, baik secara horizontal maupun parsial, dinas kesehatan kabupaten terdiri dari departemen dan divisi yang berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya, termasuk programnya. Kepa sebagai senior manager yang membawahi area dan medical center.

Penyuluhan Kesehatan Ibu Hamil Desa Purwodadi

Jankes mengawasi divisi KIA-Gizo. Pushkesmas sebagai unit pelaksana teknis pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya. Sedangkan sekolah memiliki unit pelaksana program, termasuk program gizi. Kepala Puskemas mengawasi pemberi program, termasuk ahli gizi dan petugas kesehatan desa. Puskesmas tersedia di desa-desa untuk mengatasi masalah pangan di wilayah yang lebih kecil seperti Pust dan Polinde.

Formalisasi mengacu pada penggunaan standar yang telah ditetapkan Dinas gizi dinas kesehatan kabupaten dan petugas gizi di kabupaten memiliki standar kerja dan tujuan pusat serta tugas dan tugas yang ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk pelaksanaan program gizi dalam kinerja masyarakat. tugas mereka.

Sentralisasi mengacu pada kewenangan pengambilan keputusan, kepala dinas memiliki kewenangan untuk menetapkan prioritas program gizi di kabupaten, seperti alokasi sumber daya manusia, program gizi, pendanaan, peraturan, kebijakan, hubungan lintas sektoral untuk program gizi, dll. Karena kepala Puskesmas berwenang menetapkan prioritas program gizi di wilayah kerja Puskesmas, seperti mengangkat tenaga pelaksana gizi, mengalokasikan dana operasional dan mengambil keputusan kebijakan gizi di wilayah kerja Puskesmas. Pendanaan dan kebutuhan pangan serta fasilitas di desa bergantung pada Kementerian Kesehatan.

Desentralisasi dikaitkan dengan upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya informasi yang berlebihan, untuk memastikan respon yang cepat terhadap informasi baru, untuk memberikan masukan dan insentif, Dinas Gizi KIA di Dinas Kesehatan memiliki kewenangan untuk mengevaluasi kinerjanya dan menyusun rencana yang akan dikomunikasikan kepada kepala departemen Yanke, disajikan dan kemudian diidentifikasi sebagai aplikasi prioritas di sektor layanan Yanke. Bagian Gizi KIA juga bertugas mendukung pelaku usaha pangan dalam mengatasi situasi yang timbul di bidang pangan. Sementara itu, Direktur Pelaksana Gizi berwenang mengevaluasi dan menyusun rencana program gizi di Puskesmas dan menyampaikannya kepada Kepala Puşkesmas dan Bagian Gizi KIA. Penyedia gizi juga berkewajiban melatih bidan dan petugas desa untuk mencapai tujuan program gizi.

Evaluasi Ttg Metode Dan Teknologi Gizi 2018

Mengelola program gizi di kabupaten Humbang Hasundutan dengan melakukan kegiatan pemantauan program gizi di puskesmas dengan mempelajari laporan bulanan, memberikan pedoman dengan melakukan rapat staf gizi bulanan di dinas kesehatan, dll. Petugas eksekutif

Evaluasi program gizi, penyuluhan tentang stunting, penyuluhan kesehatan tentang stunting, penyuluhan gizi ibu hamil, program pencegahan stunting di desa, penyuluhan pencegahan stunting, asupan gizi untuk mencegah stunting, materi penyuluhan gizi ibu hamil, program sales untuk meningkatkan penjualan, contoh program pencegahan stunting di desa, penyuluhan gizi pada ibu hamil, program marketing untuk meningkatkan penjualan

By admin