Analisis Hubungan Antara Status Gizi Anak Balita Dan Pendidikan Ibu. – Puskesmas Teupah Simulyu Selatan Wira Mutika 1(K), Darwin Shyamsul 2 1 Produser, Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia 2 Departemen Farmasi, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia Pesan Penulis Korespondensi ): wiramustika1990@gmail (No Telp Korespondensi: 082272617561)
Rangkuman Masalah Gizi Indonesia saat ini banyak mengalami masalah gizi, yaitu di satu sisi masalah gizi kurang dapat diselesaikan secara tuntas, namun muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih. Data yang diperoleh dari Puskesmas Teupah Selatan tahun 2017 menunjukkan angka gizi buruk menurut berat badan/usia pada kelompok usia 0-59 bulan sebesar 17%. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan ibu tentang gizi, riwayat pemberian ASI eksklusif, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, kebiasaan makan dengan status gizi buruk pada bayi yang tinggal di Puskesmas Teupah Selatan. Penelitian ini merupakan metode campuran (kuantitatif dan kualitatif) dengan pendekatan sequential explanatory. Teknik pengumpulan data adalah primer, sekunder dan tersier. Informan dalam penelitian kualitatif terdiri dari 2 informan kunci dan 3 informan tambahan. Analisis data kualitatif meliputi deskripsi, deduksi, seleksi, kesimpulan dan prediksi. Teknik pengumpulan data dibagi menjadi primer dan sekunder. Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang gizi buruk paling banyak 43 orang (63), riwayat tidak menyusui 60 orang (82,2), pendapatan keluarga rendah 47 orang (64,4), jumlah anggota keluarga. 45 keluarga (61,6%), dan kebiasaan makan yang buruk pada 43 keluarga (58,9%). Hasil penelitian ini menegaskan melalui wawancara mendalam bahwa masalah ini merupakan salah satu penyebab kurang gizi pada anak balita. Tidak ada hubungan gizi ibu, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, kebiasaan makan dan ASI eksklusif dengan status gizi buruk anak Puskesmas Teupah Selatan Kabupaten Simuleu.
Analisis Hubungan Antara Status Gizi Anak Balita Dan Pendidikan Ibu.
Abstrak Masalah gizi di Indonesia selama ini banyak mengalami masalah gizi, yaitu di satu sisi masalah gizi buruk belum sepenuhnya teratasi, namun muncul masalah baru berupa overfeeding. Data Puskesmas Teupa Selatan tahun 2017 menunjukkan prevalensi gizi buruk menurut berat badan dan umur 0-59 bulan sebesar 17%. Analisis pengetahuan gizi ibu, riwayat pemberian ASI eksklusif, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, kebiasaan makan serta status gizi buruk pada anak di Puskesmas Tepaha Selatan. Metode yang digunakan adalah metode campuran (kuantitatif dan kualitatif) dengan pendekatan eksplanatif berurutan. Analisis kuantitatif bersifat unidimensi dan bivariat menggunakan uji chi-square. Teknik pengumpulan data adalah primer, sekunder dan tersier. Informan dalam penelitian kualitatif adalah 2 informan kunci dan 3 informan tambahan. Analisis data kualitatif meliputi deskripsi, reduksi, seleksi, kesimpulan dan kesan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43 (63%) sebagian besar ibu mengetahui gizi buruk, 60 (82%) memiliki riwayat pemberian ASI non eksklusif, 47 (64%) memiliki pendapatan keluarga rendah, 47 (64%) memiliki
Perbedaan Status Gizi Stunting Dan Perkembangan Antara Balita Riwayat Bblr Dengan Balita Berat Lahir Normal
Kebiasaan makan yang tidak baik pada anggota keluarga besar sebanyak 45 keluarga (61%) dan 43 keluarga (58%). Hasil penelitian ini menegaskan melalui wawancara mendalam bahwa masalah ini menjadi penyebab kurang gizi pada anak. Ada hubungan antara gizi ibu, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, kebiasaan makan dan tidak ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan riwayat gizi buruk pada bayi di Puskesmas Teupa Selatan Kecamatan Simuleu.
PENDAHULUAN Masalah gizi di Indonesia selama ini banyak mengalami masalah pangan, yaitu di satu sisi masalah gizi buruk belum sepenuhnya teratasi, namun muncul masalah baru yaitu gizi lebih (1). Menurut data statistik Kementerian Kesehatan RI tahun 2016, status gizi anak usia 0-59 bulan di Indonesia dalam persentase BB (berat badan)/U (umur) secara nasional. 14,4% anak dengan status gizi buruk. Sedangkan di Provinsi Aceh persentase balita gizi buruk usia 0-59 bulan sebesar 16,7% dan di Kabupaten Simuleu persentasenya sebesar 22,2% (2). Berdasarkan hasil pemantauan gizi menurut BB/U Dinas Kesehatan Poviat tahun 2017, tingkat gizi buruk pada usia 0-59 bulan sebesar 26,7% (3). Artinya pada tahun 2016-2017 terjadi peningkatan persentase balita yang mengalami gizi buruk di Kabupaten Simuleu yang merupakan rangkaian masalah kesehatan masyarakat berdasarkan indikator World Health Organization (WHO), termasuk masalah berat atau kurang gizi (malnutrisi). + Malnutrisi) > 20% (4). Data Puskesmas Teupah Selatan tahun 2017 menunjukkan prevalensi gizi kurang pada anak usia 0-59 bulan meningkat 17% dibandingkan data Puskesmas Teupah Selatan tahun 2016. 59 bulan sebesar 11,6% yang berarti peningkatan yang cukup pesat menjadi 5,4% kasus di Puskesmas Teupah Selatan Kabupaten Simuleu (5). Masalah gizi juga timbul akibat ketidakseimbangan antara inang (manusia), unsur (gizi) dan lingkungan (environment). Ketidakseimbangan ketiga faktor tersebut dapat menyebabkan gangguan makan seperti Kekurangan Energi dan Protein (KEP) (6). Defisiensi energi protein merupakan indikator asupan energi dan protein harian yang rendah, dan beberapa gangguan makan dinilai ketika berat badan anak kurang dari 80% dari indeks massa tubuh untuk usia (BB/U) (1). Status gizi yang kurang baik pada masa bayi dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, anak menjadi malas dalam aktivitas penghasil energi, daya tahan tubuh anak yang melemah sehingga rentan terhadap penyakit infeksi, perkembangan otak yang tidak optimal dan perubahan perilaku anak seperti gelisah, mudah menangis, dengan keletihan. efek depresi (6 )(7)(8). Pola asuh ibu tentang pemberian makan bayi dibentuk oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi yang dapat dinilai berdasarkan kebiasaan makan bayi. Kebiasaan makan dibentuk oleh keyakinan, sikap, dan pilihan makanan berulang. Kebiasaan makan anak balita dipengaruhi oleh kebiasaan makan keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri DS dan Sukander D menunjukkan adanya pengaruh kebiasaan makan terhadap status gizi anak (P value < 0,05) (9). Pengetahuan gizi ibu dipengaruhi oleh perilaku pengasuhan yang kurang tepat pada masa balita yaitu riwayat pemberian ASI eksklusif. Ibu tidak mengetahui pentingnya ASI eksklusif karena pemberian susu formula yang tidak sesuai dengan kebutuhan usia anak. Hampir 80% ibu menyusui mampu memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya hingga usia 6 bulan, bahkan ibu yang mengalami malnutrisi dapat memproduksi ASI selama 3 bulan pertama.
43 anak (58,9%) dan pola makan yang baik 30 anak (41,1%), 41 anak mengalami gizi buruk (56,2%) dan 32 anak mengalami gizi baik (43,8%). Tabel 1. Analisis Variabel Karakteristik Responden n Persentase Pengetahuan Ibu tentang Gizi Buruk 46 63, Baik 27 37, Tidak Ada Riwayat Menyusui Eksklusif 60 82, Said 13 17, Pendapatan Keluarga Rendah 47 64, Tinggi 26 35 Jumlah Anggota Keluarga Banyak 45 61, Cukup 28 38 , Kebiasaan makan buruk 43 58, Baik 30 41, Status gizi buruk 41 56,2% Gizi baik 32 43,
Dari tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa hasil uji statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan nilai p-value 0,001 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara riwayat ASI eksklusif dengan status gizi buruk anak di Puskesmas.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Status Gizi Anak Usia 7 12 Tahun
Pengetahuan ibu gizi buruk 33 45, 2 13 17, 8 46 63, 0 0, baik 8 11, 0 19 26, 0 27 37, riwayat ASI eksklusif tidak disebutkan 37 50, 7 23, 2520, 360 , data 4 5 , 5 9 12, 3 13 17, Pendapatan keluarga rendah 35 47, 9 12 16, 4 47 64, 4 0, Tinggi 6 8, 2 20 27, 4 26 35, Jumlah anggota keluarga besar 32 43, 8 13 17, 8 45 61 , 6 0, bahkan 9 12, 3 19 26, 0 28 38, kebiasaan makan yang buruk 37 50, 7 6 8, 2 43 58, 9 0, baik 4 5, 5 26 35, 41,
Pada tahun 2018 ditolak dan diterima sebagai Kabupaten Teupah Simulaeu Selatan. Pada variabel pendapatan keluarga diketahui p-value sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi buruk pada balita di Puskesmas Teupah Selatan Kabupaten Simuleu tahun 2018, sehingga diterima. Dan ya ditolak. Pada variabel jumlah anggota keluarga diketahui p-value sebesar 0,003 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi buruk balita di Puskesmas Teupah Selatan Kabupaten Simuleu. Tahun 2018, agar ini diterima dan ya ditolak. Pada variabel kebiasaan makan diketahui p-value 0,000 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi buruk pada balita di Puskesmas Teupah Selatan Kabupaten Simuleu tahun 2018, diterima, dan ditolak. Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan 1 dengan Informan 1 yang menyatakan berat badan anak di bawah garis kuning tidak sesuai dan Informan 2 menyatakan bahwa
Gizi anak balita, status gizi ibu hamil, hubungan status gizi dengan siklus menstruasi, hubungan antara qada dan qadar, analisis tentang hubungan antara pola tempat tinggal dengan bercocok tanam, gizi bayi dan balita, hubungan status gizi dengan menstruasi, hubungan status gizi, status gizi pada balita, pendidikan anak balita, status gizi balita pdf, gizi untuk anak balita